Ahmad Luthfi: Desa Tersono Jadi Teladan Pengelolaan Sampah Mandiri di Jawa Tengah

Redaksi / amkmedianews.com 6 Oktober 2025, 12:58 WIB

AMKMedianews.com, BATANG –Desa Tersono, Kabupaten Batang, kini mencatat sejarah baru dalam pengelolaan sampah berbasis masyarakat. Melalui inovasi Tempat Pengolahan Sampah Terpadu dan Terintegrasi (TPSTT) “Bumi Hijau”, desa ini berhasil mengubah persoalan sampah menjadi peluang ekonomi berkelanjutan. Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi, secara resmi meresmikan TPSTT tersebut pada Senin, 6 Oktober 2025.

Kepala Desa Tersono, Abdul Mukti, menjelaskan bahwa program ini telah berjalan selama beberapa bulan dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat. Warga dikenakan iuran sebesar Rp15.000 per rumah setiap bulan untuk mendukung operasional pengangkutan dan pengelolaan sampah.“Petugas mengambil sampah dua kali dalam seminggu. Sosialisasi dilakukan bersama mahasiswa KKN agar masyarakat terbiasa memilah antara sampah organik dan anorganik,” ujar Abdul Mukti.

Sampah organik diolah menjadi pakan maggot dan pupuk kompos alami, sedangkan sampah plastik dikirim ke pengrajin untuk didaur ulang. Menurutnya, keberhasilan program ini terletak pada kesadaran dan partisipasi warga yang tinggi.

Salah satu warga, Tin, mengungkapkan manfaat besar dari program tersebut.“Iurannya ringan, tapi dampaknya besar. Lingkungan jadi lebih bersih dan udara terasa segar. Sekarang kami juga lebih paham pentingnya memilah sampah sejak dari rumah,” tuturnya.

Bupati Batang, Faiz Kurniawan, mengapresiasi semangat warga Tersono yang berhasil membangun sistem pengelolaan sampah mandiri tanpa menunggu program dari pemerintah kabupaten.“Desa harus mampu mandiri mengelola sampahnya. Langkah Tersono ini patut dicontoh desa lain,” ujarnya.

Faiz menambahkan, meningkatnya pertumbuhan industri di Batang harus diimbangi dengan kesiapan infrastruktur pengelolaan lingkungan.“Pada 2027–2028 nanti akan ada lebih dari 30 pabrik di Batang Industrial Park dengan tenaga kerja hingga 125 ribu orang. Jika pengelolaan sampah tidak dipersiapkan sejak dini, bisa jadi masalah besar,” jelasnya.

Gubernur Ahmad Luthfi menilai, keberhasilan Desa Tersono menjadi bukti nyata bahwa desa mampu menjadi garda terdepan dalam menjaga kebersihan lingkungan.“Pengelolaan sampah harus dimulai dari hulu. Jika semua desa bisa mandiri seperti Tersono, maka beban di tempat pembuangan akhir (TPA) akan berkurang drastis,” tegasnya.

Ia juga meminta Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah menjadikan Tersono sebagai lokasi percontohan dan tempat belajar bagi desa lain.“Target nasional pada 2029 adalah bebas dari sistem open dumping. Tersono menunjukkan bahwa pengelolaan berbasis masyarakat bisa menjadi solusi,” kata Luthfi.

Lebih jauh, Ahmad Luthfi menyebut TPSTT “Bumi Hijau” bukan hanya menjaga kebersihan, tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi lokal.

“Program ini sejalan dengan visi kami untuk membangun ekosistem ekonomi syariah yang mandiri dan berdaya. UMKM di sekitar Tersono ikut berkembang,” ungkapnya.

TPSTT “Bumi Hijau” berdiri di atas lahan seluas 7.000 meter persegi, melayani tujuh desa di Kecamatan Tersono serta tiga pasar utama, yaitu Pasar Tersono, Limpung, dan Bawang. Fasilitas ini menggunakan teknologi incinerator mini berbasis hidrogen untuk mengolah plastik dan sistem biokonversi untuk sampah organik.

Kabupaten Batang sendiri menghasilkan sekitar 472 ton sampah per hari, namun baru sekitar 21 persen yang tertangani dengan baik. Karena itu, hadirnya TPSTT ini diharapkan menjadi solusi jangka panjang bagi pengelolaan sampah berkelanjutan di wilayah tersebut.

“Langkah Tersono membuktikan bahwa desa mampu menjadi pelopor kebersihan sekaligus motor penggerak ekonomi hijau,” tutup Gubernur Ahmad Luthfi.**( Joko Longkeyang).