Terobosan Digital: Internet Gratis Jateng Sukses Lipat Gandakan Kunjungan Wisata Blankspot

Redaksi / amkmedianews.com 4 Oktober 2025, 17:40 WIB

AMKMedianews.com, Klaten – Program internet publik gratis yang digulirkan oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah di bawah kepemimpinan Gubernur Ahmad Luthfi dan Wakil Gubernur Taj Yasin Maimoen (Gus Yasin), menunjukkan dampak ekonomi yang signifikan. Program ini berhasil menjangkau ratusan desa yang sebelumnya merupakan wilayah blankspot atau minim sinyal, terutama di kawasan wisata terpencil.

Salah satu dampaknya terlihat nyata di Desa Wisata Balerante, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten. Setelah mendapatkan fasilitas internet publik, kawasan wisata Kalitalang yang terletak di kaki Gunung Merapi tersebut mengalami lonjakan kunjungan wisatawan yang drastis.

Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Jawa Tengah, Agung Hariyadi, saat memantau sambungan internet di Balerante pada Jumat (3/10/2025), menjelaskan bahwa perluasan akses digital ini adalah motor penggerak perekonomian dan pelayanan publik.“Internet tidak hanya menjadi sarana komunikasi, tetapi juga motor penggerak perekonomian dan pelayanan publik di era digital,” ujar Agung.

Agung memaparkan bahwa program desa penerima internet gratis diprioritaskan untuk empat kategori utama: desa blankspot, desa wisata, desa dengan kemiskinan ekstrem, dan desa rawan bencana. Hingga kini, Pemprov Jateng telah memfasilitasi jaringan internet di 866 titik desa blankspot, dengan target menuntaskan seluruh wilayah blankspot pada tahun 2029.

Khusus untuk Klaten, fasilitas internet Pemprov Jateng telah dipasang di beberapa titik penting, termasuk Desa Balerante (Wisata Alam Kalitalang) dan desa wisata lain seperti Tegalmulyo (Girpasang), Sidowayah (Umbulkemanten), dan Grundul (Umbulbrondong).

Jaringan internet publik yang diberi nama “JatengNgopeniNglakoni” ini berkapasitas 20 Mbps, menggunakan perangkat wifi outdoor tanpa kata sandi, memudahkan masyarakat untuk langsung mengaksesnya.

Dampak positif kehadiran internet sangat dirasakan oleh pengelola Wisata Kalitalang. Ketua Pengelola Wisata Kalitalang, Jainu, menceritakan kesulitan sebelum adanya Wi-Fi, di mana banyak pengunjung, terutama generasi muda, sering membatalkan transaksi karena tidak tersedia pembayaran nontunai (QRIS).

“Anak-anak muda sekarang datang hanya membawa HP. Begitu ditanya bisa bayar QRIS atau tidak, kalau penjelasannya tidak bisa, mereka langsung pergi. Setelah ada Wi-Fi, kondisinya berubah,” jelas Jainu.

Perubahan itu terlihat dari data kunjungan. Pada tahun 2024, total kunjungan adalah sekitar 59.000 wisatawan. Namun, setelah internet dipasang pada tahun 2025, data hingga September 2025 telah menembus 125.000 orang. Rata-rata kunjungan harian pada akhir pekan bisa mencapai 1.500–1.700 orang.

“Wisatawan betah lebih lama, mampir ke warung, tambah kopi, tambah makan. Dampaknya terasa sekali bagi warga,” kata Jainu, menambahkan bahwa promosi wisata lokal melalui media sosial seperti Instagram, TikTok, dan YouTube kini jauh lebih lancar.

Selain transaksi dan promosi, internet juga vital untuk kesiapsiagaan bencana di kawasan rawan Merapi. Jaringan Wi-Fi memungkinkan pengelola mengakses informasi terbaru dari BPPTKG setiap enam jam, memastikan respons cepat saat terjadi kondisi darurat.

Wisatawan mancanegara asal Pakistan, Fazli, yang sudah enam kali berkunjung, mengaku sangat terbantu. “Dulu susah sekali. Kartu SIM saya tidak berfungsi di kawasan tinggi ini. Sekarang, begitu sampai parkir, langsung ada Wi-Fi. Koneksi internetnya juga sangat cepat. Ini sangat membantu turis dari luar negeri,” ungkapnya.

Penyedia layanan internet, Zizik Mudiono, menambahkan bahwa pemasangan di lokasi wisata terpencil seperti Kalitalang membutuhkan kerja keras, termasuk menarik kabel fiber optik sejauh 5 kilometer dan menambah 11 tiang baru. Meskipun tantangannya besar, dukungan masyarakat dan dampak positif yang dihasilkan sepadan.**( Joko Longkeyang ).