Pakar Undip: Tanggul Laut Jadi Kunci Atasi Banjir Rob Sayung

AMKMedianews.com, Semarang -Banjir rob yang melanda kawasan pesisir Sayung, Kabupaten Demak, masih menjadi persoalan serius selama lebih dari tiga dekade terakhir. Genangan air laut pasang yang kian parah itu kini mulai merambah ke permukiman hingga ruas jalan utama, dengan ketinggian air mencapai 50 sentimeter saat malam hari.

 

Pakar tata kota dari Universitas Diponegoro (Undip), Prof Dr Ing Wiwandari Handayani ST MT MPS, menegaskan bahwa satu-satunya solusi cepat dan tepat untuk mengatasi banjir rob di pesisir utara Jawa Tengah adalah pembangunan tanggul laut (giant sea wall).

“Hanya tanggul laut yang mampu menahan air pasang yang makin ekstrem akibat perubahan iklim,” ujar Prof Wiwandari dalam keterangannya di Semarang.

Pemerintah pusat saat ini sedang mempercepat pembangunan tanggul laut yang terintegrasi dengan Jalan Tol Semarang–Demak. Proyek besar ini diproyeksikan akan selesai pada tahun 2027, dengan harapan mampu mengurangi luas genangan dan menyelamatkan lahan produktif masyarakat.

Meski demikian, Prof Wiwandari mengingatkan agar masyarakat tidak langsung menggantungkan harapan pada pembangunan fisik saja. “Solusi jangka panjang perlu melibatkan masyarakat dalam pengelolaan lingkungan, seperti penanaman mangrove dan penguatan sektor perikanan berkelanjutan,” tuturnya.

Ia juga mengapresiasi program Mageri Segoro yang digagas Pemerintah Provinsi Jawa Tengah melalui penanaman 1,5 juta mangrove di sepanjang pantai utara. Program ini dinilai sebagai langkah penting dalam menjaga ekosistem pesisir yang rusak akibat abrasi dan perubahan iklim.

Sementara itu, Pemerintah Provinsi Jateng melakukan penanganan sementara dengan pompanisasi, pengerukan sungai, normalisasi saluran, dan pemberian bantuan kepada warga terdampak. Layanan seperti Dokter Spesialis Keliling (Speling), cek kesehatan gratis, sembako, dan alat tulis untuk anak sekolah juga digulirkan.

Kepala BBPJN Jawa Tengah–DIY, Khusairi, menyebut bahwa pembangunan Jalan Tol Semarang–Demak Seksi 1 sepanjang 10,63 km juga akan berfungsi sebagai tanggul laut. Proyek senilai Rp 10,9 triliun ini akan mengeringkan lahan seluas 576 hektare dan dilengkapi dengan Kolam Retensi Terboyo dan Sriwulan sebagai tempat penampungan air sebelum dialirkan ke laut.

“Ini adalah konstruksi terpadu antara jalan tol dan tanggul laut yang menjadi strategi utama dalam penanganan rob di kawasan Pantura,” jelas Khusairi.

Prof Wiwandari menutup dengan pesan penting: “Jika masyarakat tidak dilibatkan secara aktif, maka sebesar apa pun proyek yang dibangun, ke depannya pemerintah akan kembali kewalahan.”**( Joko Longkeyang ).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *