AMKMedianews.com, Pemalang — Dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia, ratusan pelajar, kelompok tani, dan komunitas masyarakat melakukan aksi nyata pelestarian lingkungan pada Senin, 9 Juni 2025. Mereka menanam sebanyak 2.500 batang pohon mangrove di lahan seluas 1 hektare yang terletak di kawasan pesisir Pantai Cleweran dan Kali Rabin, wilayah Sidomulyo–Pesantren, Kecamatan Ulujami, Kabupaten Pemalang.
Aksi penanaman ini diprakarsai oleh OSIS MTs Al-Mu’awanah Petarukan, IPNU, IPPNU, Kelompok Tani Mulyo Desa Pesantren, dan Komunitas Mancing Petarukan sebagai bentuk kontribusi nyata dalam menjaga lingkungan pesisir.
“Penanaman mangrove bertujuan untuk menjaga keseimbangan ekosistem, melindungi pantai dari abrasi, serta memberikan edukasi kepada pelajar dan masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan,” ujar Dr. Mu’amar, Kepala MTs Al-Mu’awanah Petarukan.
Mangrove dikenal sebagai penyaring alami yang mampu mengurangi pencemaran laut dan menjadi habitat berbagai jenis fauna. Selain manfaat ekologis, aksi ini juga diharapkan mampu membangun kesadaran generasi muda terhadap pentingnya menjaga lingkungan hidup.
Bayu, salah satu pelajar asal Sidomulyo, turut menyampaikan keluh kesahnya mengenai banjir rob yang kerap mengganggu aktivitas belajar.
“Sering kali banjir rob merendam jalan bahkan masuk ke rumah. Airnya sampai setinggi lutut orang dewasa. Saya dan teman-teman sering terlambat sekolah, bahkan tidak masuk jika rob parah. Semoga adik-adik saya ke depan tidak mengalami hal yang sama,” tuturnya.
Program ini selaras dengan gagasan Gubernur Jawa Tengah melalui gerakan Mageri Segoro yang bertujuan mencegah abrasi dan rob, sekaligus mendorong potensi ekowisata daerah.
“Kalau pohon mangrove sudah tumbuh tinggi, tempat ini bisa jadi daya tarik wisata dan punya nilai ekonomi bagi warga,” ujar Handoyo, Ketua Kelompok Tani Mulyo.
Dengan semangat kolaboratif dan kepedulian yang tinggi dari pelajar, masyarakat, dan komunitas, aksi ini diharapkan menjadi langkah awal untuk menyelamatkan pesisir Sidomulyo–Pesantren dari krisis abrasi dan rob.( Joko Longkeyang ).