Terasa Belum Merdeka, Desa Penggarit Desa Edukasi Yang Terisolasi Karena Tidak Mempunyai Jembatan Mandiri

Pemalang, Amk Media News – Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, menyimpan banyak desa dengan kekayaan sejarah dan potensi wisata yang menjanjikan. Salah satunya adalah Desa Pengggarit, sebuah desa yang terletak di Kecamatan Taman. Desa ini bukan hanya dikenal sebagai pusat pendidikan, tetapi juga sebagai tujuan wisata dengan nilai sejarah dan religius yang kuat. Sayangnya, di balik potensi besar yang dimiliki, Desa Pengggarit masih terkendala oleh keterbatasan infrastruktur yang signifikan—yakni tidak adanya jembatan penghubung yang independen.

 

Menurut Kepala Desa Pengggarit, Imam Wibowo, satu-satunya akses jembatan yang tersedia saat ini adalah jembatan di atas Bendungan Sungapan. Jembatan ini dibangun pada tahun 1888 dan diperlebar pada tahun 1971. Namun, jembatan tersebut bukanlah fasilitas umum sepenuhnya karena kepemilikannya berada di bawah Balai Besar Wilayah Sungai Pemali Juana (BBWS Pemali Juana). Jembatan ini hanya diperuntukkan sebagai jalur inspeksi pengairan dan diportal, sehingga akses warga menjadi terbatas.

“Tanpa jembatan independen, masyarakat Desa Pengggarit merasa belum benar-benar ‘merdeka’. Jembatan yang ada saat ini sangat vital karena menghubungkan Desa Pengggarit dengan Kecamatan Pemalang, tetapi penggunaannya sangat terbatas. Bahkan, jembatan ini sering menjadi lokasi kecelakaan,” ujar Imam Wibowo, Rabu (24 April 2024).

Desa Pengggarit bukan sekadar desa biasa. Desa ini menyimpan sejarah panjang yang dapat menjadi daya tarik wisata. Di dalamnya terdapat Makam Pahlawan Jayana Sureng Yudha dan Makam Pangeran Benowo, Bupati Pemalang pertama. Selain itu, wisata alam dan budaya juga berkembang pesat, dengan destinasi unggulan seperti Benowo Park, Kebun Anggrek, Wisata Embung Pudak Wangi, Kebon Mangga Istana, serta berbagai kuliner khas yang memikat wisatawan. Bahkan, desa ini menjadi tuan rumah Festival Mangga setiap tahunnya, yang menjadi ajang promosi Mangga Istana yang sangat prestisius.

 

Namun, tanpa adanya jembatan yang layak dan mandiri, semua potensi tersebut tidak dapat berkembang secara maksimal. Pemerintah Desa Pengggarit telah berulang kali mengajukan surat permohonan kepada BBWS Pemali Juana agar portal jembatan dibuka, tetapi selalu mendapat penolakan. Kondisi ini bahkan pernah memicu kemarahan warga yang berupaya membongkar portal tersebut, meskipun akhirnya dapat dicegah oleh pemerintah desa.

 

Dalam upaya mencari solusi, Pemerintah Desa Pengggarit telah melakukan berbagai langkah komunikasi dengan pihak berwenang. “Kami sudah berkomunikasi secara intensif dan membuat proposal, mengirimkannya ke tingkat kabupaten hingga provinsi, serta berkoordinasi dengan anggota DPRD. Namun hingga kini, belum ada tanda-tanda respons yang menggembirakan. Padahal, lokasi untuk jembatan baru sudah kami siapkan,” jelas Imam Wibowo.

Desa Pengggarit kini berdiri di persimpangan penting. Masyarakat Desa Penggarit berharap kepada Pemerintah, baik Pusat, Proponsi, maupun daerah agar segera dibangun jembatan yang mendiri dan memadai agar dapat membuka jalan bagi kemajuan pendidikan dan ekonomi yang lebih baik. Karena, tanpa akses infrastruktur yang memadai, masyarakat desa tetap terhambat, untuk menuju masa depan yang lebih cerah. ( Joko Longkeyang/Amk Media News ).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *