AMKMedianews.com, Pemalang – Dalam rangka Milad Aisyiyah ke-108 tahun 2026, Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA ) Pemalang, Jawa Tengah menyelenggarakan Seminar Ketahanan Pangan bertema “Qoryah Thayyibah Menuju Ketahanan Nasional”, pada Minggu, 25 Mei 2025, bertempat di Gedung Dakwah Muhammadiyah, Kabupaten Pemalang.
Seminar menghadirkan tiga Narasumber yaitu Ketua DLH Kabupaten Pemalang Wiji Mulyati S.Km yang mengulas pentingnya kolaborasi masyarakat dalam menjaga lingkungan, LBH PDM Pemalang (Divisi Litigasi) Haerul Umam S.H yang memberi wawasan hukum terkait lahan dan lingkungan hidup, Ketua MTK PWA Jawa Tengah dr.Hj.amiroh yang menguatkan konsep Qoryah Thoyyibah dari perspektif Islam.
Hj. Amiroh, M.Ag., selaku Ketua Majelis Tabligh Aisyiyah (MTA) PWA Jawa Tengah sekaligus narasumber utama, menekankan pentingnya konsep Qoryah Thayyibah (desa yang baik) sebagai landasan dalam mewujudkan ketahanan pangan yang mandiri, berkelanjutan, dan berbasis nilai-nilai Islam.
“Milad Aisyiyah ke-108 ini menjadi momentum strategis untuk merefleksikan peran perempuan dalam membangun bangsa. Ketahanan pangan adalah tantangan yang perlu disikapi dengan serius, sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur’an dan hadits,” ujarnya.
Dalam paparan keagamaannya, Hj. Amiroh mengutip QS. Ar-Ra’d: 11 dan QS. Saba: 15 sebagai dasar pentingnya membangun desa yang berdaya dan bersyukur atas nikmat pangan. Ia juga menyampaikan bahwa ketahanan pangan menurut Islam mencakup tiga aspek: ketersediaan, aksesibilitas, dan keberlanjutan pangan bagi seluruh umat.
“Islam menekankan keberagaman pangan yang berkualitas, pemanfaatan sumber daya alam secara bijak, dan pelibatan aktif semua lapisan masyarakat, khususnya generasi muda dan perempuan,” tambahnya.
Seminar ini juga bertujuan untuk:
Menanamkan nilai Islam dalam pembangunan ketahanan pangan desa.
Meningkatkan kesadaran kader Aisyiyah tentang pentingnya Qoryah Thayyibah.
Mendorong keterlibatan aktif generasi muda dalam isu pangan.
Melatih kemampuan komunikasi publik yang santun dan ilmiah.
Menggali gagasan kreatif untuk mewujudkan desa tangguh pangan.
Hj. Amiroh juga menekankan pentingnya peran keluarga dalam mewujudkan swasembada pangan. Menurutnya, praktik seperti menanam di pekarangan, mengajarkan anak menanam, dan mengelola makanan secara bijak adalah bentuk ibadah sekaligus pendidikan karakter dalam Islam.
Ia mengutip sabda Nabi Muhammad SAW:
“Jika kiamat terjadi sementara di tangan salah seorang dari kalian ada bibit pohon kurma, maka jika ia mampu menanamnya sebelum kiamat terjadi, hendaklah ia menanamnya.” (HR. Ahmad)
Dalam bagian akhir paparan, Hj. Amiroh mengajak seluruh peserta untuk menanamkan prinsip hidup Islami seperti tidak boros (israf), menjaga lingkungan, dan memanfaatkan teknologi untuk pertanian modern seperti hidroponik dan aquaponik. Ia juga menyoroti pentingnya edukasi gizi, keterampilan usaha rumahan, dan pengelolaan media sosial yang produktif sebagai sarana dakwah pangan.
“Menanam dan menjaga pangan adalah bentuk ibadah. Setiap hasil yang dimakan manusia, binatang, atau burung dari apa yang kita tanam, akan menjadi sedekah yang pahalanya terus mengalir,” tuturnya, mengutip hadits sahih riwayat Bukhari dan Muslim.
Seminar ini menjadi bentuk nyata komitmen Aisyiyah sebagai gerakan perempuan berkemajuan yang terus hadir dalam menjawab tantangan zaman, termasuk di bidang ketahanan pangan nasional.( Joko Longkeyang ).